expr:content='data:blog.pageTitle + " - Japanese cultures and whatever"' name='description'/> expr:content='data:blog.pageName + ", jepang, japan, budaya, culture, samurai"' name='keywords'/>

Jumat, Juni 21, 2013

Tsukimi, Saat untuk Menatap Keindahan Bulan

Tsukimi, menatap bulan
(umailabs.com)
Tradisi tsukimi ("melihat bulan") dilakukan pada pertengahan musim gugur di Jepang. Tsukimi dikenal pula dengan istilah jugoya, yang berarti "malam kelima belas", karena biasanya tradisi ini jatuh pada tanggal 15 Agustus pada kalender lunar. Namun, menurut perhitungan kalender solar, jugoya selalu berubah tiap tahun dan jatuh pada bulan September atau Oktober. Bulan tidak selalu dalam keadaan purnama atau penuh saat pelaksanaan tradisi ini, tapi dikatakan pada hari itu bulan terlihat dalam keadaan paling terang dan paling cantik selama tahun tersebut.


Tradisi ini diperkenalkan oleh Cina pada periode Heian (794-1185). Pada waktu itu, para bangsawan mengadakan festival melihat bulan di atas perahu agar dapat menatap bayangan bulan di permukaan air. Mereka juga menulis puisi tanka sebagai bagian dari festival ini.
Dango dan susuki (livingtokyo.net)

Pada waktu Tsukimi, susuki (rumput gajah, Miscanthus sinensis) dirangkai dalam vas sebagai dekorasi, sedangkan dango (kue Jepang yang terbuat dari tepung beras), taro (talas loma, Colocasia esculenta), edamame (kacang kedelai hijau), kastanye, dan makanan-makanan musiman lainnya, serta sake dihidangkan di atas altar sebagai persembahan bagi bulan. Lantas, orang-orang menatap ke arah bulan untuk menikmati keindahannya. Tsukimi juga merupakan media untuk merayakan panen musim gugur. Biasanya, dango tawar ditumpuk di atas nampan, bukan ditusukkan menjadi seperti sate.

Jika kita melihat lukisan-lukisan mengenai tsukimi, kita akan sering
Kelinci Bulan
(festivals11.wikispaces.com)
menemui gambar kelinci di dalamnya. Orang Jepang pun percaya bahwa mereka dapat melihat kelinci di bulan yang bersinar terang. Ini berkenaan dengan dongeng Jepang yang berjudul Kelinci Bulan. Dikisahkan, seorang pria tua dari bulan suatu kali menatap ke sebuah hutan di bumi. Ia melihat tiga binatang, yaitu kelinci, monyet, dan rubah, duduk bersama mengelilingi api. Ia ingin menentukan siapa di antara mereka yang paling baik, dengan turun ke bumi dan berubah menjadi sesosok pengemis. Ia meminta ketiga hewan itu untuk membantunya karena ia sangat lapar. Ketiganya pun berlari untuk mencari makan. Monyet kembali dengan membawa banyak buah-buahan dan rubah dengan sebuah ikan besar, namun kelinci tidak berhasil menemukan makanan. Si kelinci lantas meminta monyet untuk mencari kayu bakar dan rubah untuk menyalakan api. Ketika api telah dinyalakan, kelinci berkata pada sang pengemis bahwa ia tidak menemukan makanan, sehingga ia akan membakar dirinya sendiri pada api, dan si pengemis akan memakannya ketika dagingnya telah matang. Namun, sang pengemis mencegahnya. Ia langsung mengubah dirinya menjadi wujud aslinya. Ia memutuskan bahwa si kelinci adalah yang terbaik, sehingga ia lantas membawanya ke bulan untuk hidup bersamanya.

Tsukimi dango
(chinahighlights.com)
Kata "tsukimi" digunakan dalam masakan-masakan Jepang, misalnya tsukimi-soba dan tsukimi-udon. Di Kitakyushu, telur yang dihidangkan di atas yaki udon disebut sebagai tenmado, nama lain dari Tsukimi. Beberapa restoran siap saji di Jepang menjual menu musim gugur selama September dan Oktober, yang mana salah satunya adalah roti isi (sandwich) telur goreng yang disebut tsukimi burger. Meskipun namanya memiliki kata tsukimi, bukan berarti makanan-makanan ini dimakan saat melihat bulan. Kata tsukimi dimasukkan dalam namanya karena masakan-masakan tersebut mengandung telur, dan telur yang dipecahkan melambangkan bulan.

Tsukimi-soba (pipichan.info)

Tsukimi-udon (flickriver.com)

Tsukimi burger (blogs.itmedia.co.jp)


















Referensi:
Tsukimi - About.com
Tsukimi - Wikipedia
Festivals - Latrobe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar