expr:content='data:blog.pageTitle + " - Japanese cultures and whatever"' name='description'/> expr:content='data:blog.pageName + ", jepang, japan, budaya, culture, samurai"' name='keywords'/>

Jumat, Maret 02, 2012

Tanabata


Tanabata merupakan festival bintang di Jepang, yang asalnya merupakan Festival Qixi di Cina. Festival ini merayakan pertemuan Orihime (Vega) dan Hikoboshi (Altair). Dalam legenda, dikisahkan bahwa galaksi bimasakti memisahkan pasangan ini, dan mereka hanya dapat bertemu sekali dalam setahun, pada hari ketujuh bulan ketujuh.


Festival ini diadopsi di Jepang pertama kali oleh Ratu Kōken pada tahun 755, dan menjadi populer di masyarakat ketika awal zaman Edo. Festival ini dikenal juga dengan nama Kikkōden (Festival Memohon Keterampilan). Kebiasaan yang dilakukan di festival ini bervariasi di tiap wilayah, namun pada umumnya orang-orang menulis keinginan mereka pada lembaran kertas. Biasanya, anak-anak perempuan menginginkan keterampilan menjahit yang lebih baik, dan anak laki-laki menginginkan kemampuan menulis yang lebih baik. Tradisi yang dilakukan di dalam Festival Obon, yang biasa dirayakan pada tanggal 15 pada bulan ketujuh, juga dimasukkan dalam Tanabata.

Saat ini, di Jepang, orang-orang merayakan Tanabata dengan menuliskan permintaan mereka dalam bentuk tanzaku (sejenis puisi) di selembar kertas ke
cil dan menggantungnya di bambu. Bambu-bambu ini, beserta hiasan-hiasannya, biasanya ditenggelamkan di sungai atau dibakar setelah festival. Tradisi ini menyerupai tradisi Obon, yaitu mengambangkan kertas dan lilin di sungai.
Di Sendai, orang-orang membuat tujuh macam hiasan dalam festival Tanabata, yang masing-masingnya memiliki arti simbolis yang berbeda-beda. Ketujuh hiasan itu adalah tanzaku (permintaan atas kebaikan dalam tulisan tangan dan pembelajaran), kamigoromo atau kimono kertas (permintaan atas kebaikan dalam keterampilan menjahit, serta menghindari kecelakaan dan penyakit), orizuru atau bangau kertas (keselamatan keluarga, kesehatan, dan umur panjang), kinchaku atau kantong uang (bisnis yang baik), toami atau jaring (panen dan tangkapan ikan yang baik), kuzukago atau kantong sampah (kebersihan), dan fukinagashi, yaitu benang-benang yang digunakan untuk menenun.

Dalam legenda, dikisahkan bahwa Orihime (Putri Penenun, atau Vega), putri dari Tentei (Raja Langit, atau alam semesta), menenun kain indah di tepi Amanogawa (galaksi bimasakti). Ayahnya menyukai kain yang ditenunnya, sehingga ia tiap hari bekerja keras menenun dan tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dan jatuh cinta dengan orang lain. Merasa prihatin dengan putrinya, Tentei lantas mempertemukannya dengan Hikoboshi (Altair, juga dikenal sebagai Kengyuu), yang hidup dan bekerja di sisi lain Amanogawa. Ketika bertemu, mereka langsung jatuh cinta dan kemudian menikah. Namun, setelah menikah, Orihime tidak lagi menenun kain dan Hikoboshi membiarkan sapi-sapinya berkeliaran. Merasa kesal dengan hal itu, Tentei lantas memisahkan keduanya di antara Amanogawa dan melarang mereka untuk bertemu.

Orihime pun menjadi sangat sedih. Ia memohon kepada ayahnya agar ia bisa bertemu kembali dengan Hikoboshi. Tergerak oleh airmata putrinya, Tentei lantas mengabulkan permintaannya. Ia memperbolehkan putrinya untuk bertemu dengan Hikoboshi pada hari ketujuh bulan ketujuh, asalkan ia mau bekerja keras dan menyelesaikan tenunannya. Namun, pada hari yang telah ditentukan, pasangan suami-istri itu tak bisa menyeberangi Amanogawa karena tidak ada jembatan di situ, sehingga mereka tak bisa bertemu. Orihime pun menangis hingga kawanan burung gagak datang. Gagak-gagak itu berjanji untuk membuat jembatan dengan sayap mereka, sehingga ia dan suaminya dapat menyeberangi sungai dan bertemu. Dikatakan bahwa apabila tengah hujan, gagak-gagak itu tidak bisa datang, sehingga mereka harus menunggu sampai satu tahun lagi untuk bisa bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar